Duduk. Dan berpikirlah.
“Aku yang lebih sayang sama kamu dibanding dia!”
Kalimat itu bukanlah sebuah persoalan, karena besar atau tidaknya
sebuah sayang tidak akan berarti apa-apa kalau semua itu cuma dipendam.
Memendam perasaan bukan cara yang bagus untuk menunjukkan seberapa
besar sayangnya kamu untuknya.
Risiko terbesar memendam perasaan adalah melihat dia dimiliki
seseorang yang sayangnya tidak sebesar sayangmu.
Mau sayangmu lebih besar dari sayangnya, atau biarpun kamu yang
lebih dahulu jatuh cinta padanya, semuanya sia-sia jika hanya dipendam.
Kamu boleh bangga punya sayang lebih besar atau lebih dulu jatuh
cinta padanya, tapi pemenangnya tetap mereka yang mengungkapkan.
“Memendam perasaan” adalah makhluk yang akan menggerogoti hati
sendiri… sampai habis. Tak bersisa.
Memendam perasaan adalah bom waktu. Tinggal tunggu, meledak
menjadi ungkapan perasaan, atau menjadi ledakan tangisan.
Memendam perasaan karena takut jika mengungkapkan malah membuat
jauh? Justru dengan memendam, kamu menjauhkan hati kamu, dengan hatinya.
Mereka yang sayangnya lebih besar tapi dipendam, terduduk di pojok
hati penuh ruang. Mereka yang mengungkapkan, tersenyum menang.
Perasaan. Semakin dipendam, semakin tenggelam. Dalam diam.
Pada akhirnya, sayang yang lebih besar, cinta yg lebih dulu ada,
tak ada apa-apanya jika dibandingkan rasa yang diungkapkan.
Untuk kamu yang memendam perasaan, selamat menunggu… selamanya.
-Racikan kata-Dara Prayoga-
No comments:
Post a Comment